Jumat, 02 Mei 2008

TES UJIAN AKHIR SEKOLAH TIK MATERI WEBBLOG


Sementara tujuh pesawat tipe yang sama juga diberangkatkan untuk menyerang Pulau Seram. Tujuh pilot yang mendapat tugas ini adalah Mayor Harry M Odren, Kapten Stephen O Benner, Letnan Satu (Lettu) Kenneth J Grapeau, Lettu George E Taylor, Lettu Jack T Brown, Lettu Donald L Murrie, dan Lettu Robert M Powell.

Setelah menyerang Ambon dengan menjatuhkan bom, delapan pesawat skuadron pertama, pimpinan Mayor Ed Roddy terbang menuju pangkalan di Pulau Middleburg, Virginia, Amerika Serikat, dengan bahan bakar yang makin menipis.

Sementara tujuh pesawat pimpinan Odren mengambil keputusan untuk kembali ke Noemfoor. Saat itu dilaporkan kondisi cuaca dalam keadaan baik sehingga mereka terbang dengan ketinggian 12.000 kaki.

Tapi tiba-tiba cuaca berubah menjadi gelap. Odren pun memerintahkan agar seluruh pesawat terbang bersama-sama. Sementara bahan bakar sudah habis dan tidak memungkinkan untuk mencapai Biak.

Saat tiba di kawasan Selat Dampier di Kepulauan Raja Ampat, Ordren menemukan tempat pendaratan darurat di sebuah pulau di antara Pulau Batanta dan Selatan Pulau Waigeo. Ketujuh pesawat lalu melakukan pendaratan di atas permukaan laut satu per satu.

Sebelumnya, pesawat yang dikemudikan Lettu Donald Murrie sempat memberitahukan tempat pendaratan itu melalui radio dengan terbang lebih tinggi.

Pesan itu diterima stasiun komunikasi di Sansapor. Saat itu waktu menunjukkan pukul 20.45. Keesokan harinya, dibentuk tim penyelamatan terhadap tujuh perwira Angkatan Udara Amerika Serikat tersebut.

Pukul 04.30, empat pesawat, dengan misi bernomor 390 melakukan pencarian terhadap ketujuh pilot tersebut, tapi tidak menemukan hasil. Lalu delapan pesawat dengan misi bernomor 391 terbang melakukan pencarian terhadap para korban, pada pukul 08.30. Setelah menyisir area tersebut, mereka menemukan tiga pilot mengapung di sebelah barat laut Pulau Batanta.

Dua pilot mengapung dengan rompi pelampungnya. Sementara satu lagi berpegangan bongkahan kayu. Tim pencari segera memanggil pesawat Catalina, yang bisa mendarat di air, untuk melakukan penyelamatan.

borobudur

wy


Candi Borobudur

Borobudur adalah salah satu monumen kuno yang terbaik yang dilestarikan dari seluruh dunia bahkan merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Monumen ini adalah kuil budha yang terbesar di seluruh dunia dan telah diklaim sebagai hasil budaya manusia yang paling sering dikunjungi lebih dari sejuta wisatawan baik domestik maupun luar negeri sampai saat ini. Gaya arsitek dari candi inipun tidak ada yang menyerupai di seluruh dunia. Struktur yang terisnpirasi menggambarkan mikro kosmos yang seringkali timbul menjadi suatu pertanyaan, misalnya kapan, dengan cara apa, berapa lama dan oleh siapa cagar alam ini telah dibangun.

Jawaban yang tepat sampai saat ini masih meninggalkan misteri karena tidak ada dokumen tertulis sampai saat ini. Berdasarkan prasasti yang ditemukan oleh peneliti, dicatat bahwa Candi Borobudur dibangun antara abad ke delapan ketika Samaratungga - raja dari dinasti Syailendra memerintah di Jawa Tengah. Arti dari Borobudur masih tidak jelas. Borobudur merupakan gabungan dari kata Bara dan Budur. Bara dari bahasa Sansekerta berarti kompleks candi atau biara. Sedangakan Budur mengingatkan kita dengan kata yang berasal dari Bali Beduhur yang berarti di atas. Dengan kata lain, Borobudur berarti Biara di atas bukit.
Borobudur penuh dengan ornamen filosofis dimana menyimbolkan secara gamblang tentang kesatuan dari perbedaan jalur yang dapat diikuti untuk mencapai tujuan hidup yang paling pokok.Relif yang terukir di dinding candi memberitahukan keindahan dalam mempelajari hidup. Dengan kata lain, Borobudur memiliki jiwa seni, filosofis dan budaya.

eiffel


Struktur Konstruksi Yang “Nyentrik” Pada Menara EiffelUpdate Jakarta, 29 November 2004Bagai sayur kurang garam bila kita mengunjungi kota Paris, Prancis, tanpa menyaksikan kemegahan Menara Eiffel. Menara ini dibangun oleh Gustave Eiffel, Maurice Koechlin dan Emile Nouguier serta diarsiteki oleh Stephen Sauvestre. Dibangun dalam rangka pekan Pameran Dunia dan perayaan Revolusi Perancis, menara dengan bendera berkibar di puncaknya. Diresmikan pada tanggal 31 Maret 1889. Meskipun kecaman dan protes yang keras dari penduduk Paris dan kalangan intelektual selama pembangunan, kerangka besi ini menjadi simbol kota Paris dan menarik lebih dari 6 juta pengunjung setiap tahun.
Rencana proyek dimulai tahun 1884. Dengan iringan irama protes, pembanguanannya dimulai pada tahun 1887 dan selesai 26 bulan kemudian pada tahun 1889. Berdasar rencananya menara ini akan dirobohkan setelah berlangsungnya pekan Pameran Dunia 1900. Akan tetapi, keberhasilan percobaan transmisi radio yang dikendalikan oleh Angkatan Bersenjata Perancis sebelum hari pemugaran akhirnya menyelamatkan menara Eiffel.
Menara Eiffel dibangun dengan jeruji bak sangkar, persis seperti pada struktur tulang paha manusia. jeruji tersebut disusun sepanjang garis gaya yang dapat mengurangi dampak beban atau tekanan. Terdapat 18.038 jeruji yang diperkuat dengan 2.500.000 paku. Kerangka dari karya Tuan Gustave Eiffel ini tahan angin dan walaupun bahannya dari besi, berat menara hanya 7.300 ton.
Dari tanah sampai tiang bendera, tingginya 312.27 meter pada tahun 1889, sekarang 324 meter dengan antenanya. Saat ini, berbagai perusahaan televisi Perancis memasang antena mereka di puncak Menara Eiffel. Dimiliki oleh Pemerintah Daerah Paris dan dikelola oleh perusahaan swasta, "Société Nouvelle de l'Exploitation de la Tour Eiffel", kerangka besi ini direnovasi setiap 7 tahun sekali dan dicat dengan 50 ton cat. Renovasinya digarap olah pekerja yang manguasai olah raga alpinis dan akrobatis.
Menara Eiffel diterangi oleh 352 projektor 1.000 watts dan berkedip setiap sengah jam pada malam hari dengan 20.000 bola lampu dan 800 lampu disko. Supaya membuat menara kelihatannya lebih hidup, 4 lampu laser xenon yang berkekuatan 6.000 watts berputar secara permanen di puncak menara.
Terdapat 1.665 tangga bagi pengunjung yang senang olah raga. Ada 2 buah lift yang naik ke tingkat dua dimana bisa ditemukan berbagai toko suvenir.

Rabu, 30 April 2008

BAHAN BAKAR PESAWAT PUN BERAGAM

C-17/Foto: Angkasa/Dody Aviantara

Seperti juga mobil, pesawat terbang butuh bahan bakar. Energi yang dilepas dipakai untukmenggenjot piston dan turbin agar kendaraan tersebut bisa melaju. Akan tetapi selidik punya selidik kedua jenis wahana ternyata butuh bahan bakar berbeda. Katakan kita sudah cukup mahfum dengan bensin. Bagaimana untuk pesawat terbang?

Jika dirunut ke pangkal, semua memang berinduk satu. Minyak Bumi. Kekhasan mesinlah yang kemudian menuntut pembedaan. Jika burung besi bermesin piston hanya mau mengonsumsi aviation gasoline alias avgas, penyandang mesin turbin lebih pas dengan aviation kerosine. Nah lho, apa pula beda kedua jenis bahan bakar ini?

Beda dari kedua jenis bahan bakar ternyata ada pada sifat titik didih. Avgas yang sejatinya adalah campuran minyak tanah dengan hidrokarbon cair berkisar antara 32-220° Celcius. Sementara aviation kerosine lebih tinggi, yakni antara 144-252° Celcius.

Pembedaan ini paling tidak muncul sebagai syarat baku lantaran metal ruang bakar mesin punya toleransi beragam terhadap panas hasil pembakaran. Mesin piston, sebagaimana laiknya dapur pacu generasi awal, jauh lebih rentan ketimbang mesin turbin yang terbuat dari metal jenis terbaru. Itu sebab, mesin pesawat DC-3 Dakota yang walau hingga kini masih terbang, misalnya, tetap tak bisa beranjak dari avgas.

Namun, apa boleh buat, avgas semakin ketinggalan zaman karena tak mampu memacu pesawat menerobos batas kecepatan subsonik. Mirip seperti yang dipertentangkan antara mobil rumahan dan mobil balap, yang terakhir ini tentu perlu bahan bakar khusus yang mampu menimbulkan panas lebih tinggi. Kuncinya, seperti diketahui bersama, terletak pada "oktan".

Jadi, jika penerbangan jarak jauh ingin dipersingkat, pesawat terbang tak bisa lagi tergantung pada mesin piston. Pemecahannya mau tak mau dengan mesin turbin (turbojet, turbofan, atau turboshaft), yang pada akhirnya menuntut jenis bahan bakar lain yang lebih berenergi. Maka diramulah aviation kerosine.

Namun demikian, sejalan dengan semakin canggihnya mesin turbin itu sendiri, aviation kerosine mengalami beberapa perombakan. Jenis pertama, Jet A, misalnya, hanya cocok digunakan untuk mesin jet generasi awal dengan struktur mesin yang masih sederhana.

C-130/Foto: Angkasa/D.N. Yusuf

Lebih dahsyat dari Jet A adalah Jet A-1 atau yang biasa dikenal sebagai avtur. Jenis ini banyak beredar dan digunakan pesawat-pesawat jet komersial. Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) biasa menyebutnya F-35, dan jenis ini pula yang hingga kini masih secara luas digunakan pesawat-pesawat militer sedunia. Mulai dari OV-10 Bronco yang masih dioperasikan TNI AU, sampai Hawk 100/200, bahkan C-130 Hercules.

Boleh jadi karena penggunaan yang luas itulah komposisi avtur kerap "diperkaya". TNI AU , misalnya, pernah menambahkan bahan kimia penghambat pembekuan air, karena yang namanya bahan bakar memang kerap tercemar air. Hal ini paling ditakuti operator penerbangan karena apa jadinya kalau titik-titik air tersebut membeku lalu menutup saluran bahan bakar?

Jika Indonesia bertahan dengan avtur yang diperkaya, negara-negara maju seperti Amerika cenderung memajukan komposisinya dan diproduksi massal. Avtur jenis ini kemudian diberi nama Jet B atau populer pula dengan nama avtag.

Di kalangan militer, turunan avtur seperti itu juga biasa disebut JP-5 atau F-44. Sadar bahwa penerbangan angkatan laut lebih rentan air, AS masih merancang avtag khusus untuk pesawat-pesawat yang biasa ditempatkan di kapal induk. Maka, munculah versi lain yang dinamakan avcat.

Nah, namanya juga Amerika, mereka masih harus memiliki bahan bakar jenis lain khusus untuk pesawat-pesawat terbang intainya yang biasa menjelajah dalam kecepatan dan ketinggian luar biasa. Campur sana, campur sini, jadilah JPTS, bahan bakar dengan titik beku rendah. Maklum di ketinggian lebih dari 80.000 kaki dimana U-2 biasa menjelajah, suhu udara luar bisa mencapai -50° Celcius.

Jenis JPTS pula yang biasa dipakai SR-71 pengintai tercepat di dunia yang bisa melaju hingga lebih dari tiga kali kecepatan suara (Mach 3+).

Selain itu Amerika masih punya satu jenis lagi, yakni JP-10. Jenis terakhir ini bukan untuk konsumsi mesin pesawat, tapi untuk mesin pendorong peluru kendali.

Selasa, 11 Maret 2008

keanekaragaman satwa

Harimau Sumatera (Pantera thigris sumatrae)
Harimau Sumatera merupakan satwa yang terancam punah, hanya dapat ditemukan di pulau Sumatera dan diperkirakan populasinya tinggal 450 - 500 ekor. Dalam upaya penyelamatan harimau sumatera Taman Safari Indonesia ditunjuk oleh 20 kebun binatang di dunia sebagai Pusat Penangkaran Harimau Sumatera, studbook keeper dan tempat penyimpanan sperma (Genome Rescue Bank) untuk harimau Sumatera.

harimau1.jpg (320555 bytes)

Sumber : kalender 2001, Taman Safari Indonesia dan Forum Konservasi Satwaliar Indonesia
sesuai dengan IUCN Red Data Book.
erak Hijau (Pavo muticus)
Hidup di alam terbuka dan padang rumput dan dapat dijumpai di Pulau Jawa. Merak merupakan jenis burung yang indah dan helita, mempunyai ukuran yang besar dengan kaki yang panjang dan ramping. Merak jantan mempunyai bulu ekor panjang yang sangat indah dan dapat direntangkan seperti kipas raksasa. Kalau pada saat musim kawin merak jantan sering memperagakan penutup ekornya untuk menarik sang betina.

merak.jpg (431713 bytes)

Sumber : kalender 2001, Taman Safari Indonesia dan Forum Konservasi Satwaliar Indonesia
sesuai dengan IUCN Red Data Book.


Send mail to webmaster@lablink.or.id with questions or comments about this web site.
rangutan (Pongo pygmaeus)
Orangutan hidup di dataran rendah dan rawa-rawa hutan tropika di wilayah Kalimantan dan Sumatera. Nenukuju ciri-ciri mirip manusia dan termasuk yang mudah untuk dijinakkan. Pada orangutan Kalimantan yang jantan dewasa kedua sisi bagian muka terdapat gelambir pipi yang terdiri dari jaringan ikat yang lemah. Musim kawin satwa ini ditandai dengan perkelahian antar pejantan dam ,e;ajorlam amalmua demgam berat sampai 1,6 kg yang akan disusui hingga berumur 3 tahun..

rangutan.jpg (312373 bytes)

Sumber : kalender 2001, Taman Safari Indonesia dan Forum Konservasi Satwaliar Indonesia
sesuai dengan IUCN Red Data Book.


Send mail to webmaster@lablink.or.id with questions or comments about this web site.
Last modified: June 30, 2001


Send mail to webmaster@lablink.or.id with questions or comments about this web site.
Last modified: June 30, 2001
obra (Naja sputatrik)
Merupakan ular berbisa terbesar yang aktif pada siang hari dan pandai memanjat pohon. Ular ini berasal dari India bagian Utara, Cina, Hongkong, Philipina, dan Indonesia. Makanannya berupa ular-ular kecil yang lain dan kadal. Jika dipelihara masa hidupnya bisa mencapai 17 tahun.

kobra.jpg (291286 bytes)

Sumber : kalender 2001, Taman Safari Indonesia dan Forum Konservasi Satwaliar Indonesia
sesuai dengan IUCN Red Data Book.


Send mail to webmaster@lablink.or.id with questions or comments about this web site.

Jumat, 29 Februari 2008

Keindahan Laut Indonesia


”Snorkelling” di Kepulauan Banggai
Mengintip Keindahan Laut Wallacea


dok. Ekspedisi wallacea 2004
Kaya – Terumbu karang banggai kaya dengan ikan karang, di antaranya kardinal banggai dan ikan badut.

BANGGAI – Skin diving atau biasa disebut snorkelling, seringkali dianggap menduduki peringkat kedua setelah scuba diving. Tetapi, sebenarnya anggapan itu tak sepenuhnya benar. Selain tak kalah mengasyikkan, untuk ber-snorkelling seseorang tak perlu pusing memikirkan ada tidaknya dive center atau buddy yang akan menemani kita menikmati indahnya pemandangan bawah laut. Cukup menenteng fin, masker dan snorkel, Anda bisa langsung menceburkan diri dan menikmati warna-warni koral dan ikan karang sambil mengapung dengan tenang di permukaan laut…

Kesempatan untuk snorkelling sepuasnya datang ketika saya beruntung berkesempatan mengikuti leg 3 Ekspedisi Wallacea 2004 di Kecamatan Bokan Kepulauan, Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, 6 – 20 Juli 2004.
Kepulauan itu termasuk dalam area hotspot Wallacea, salah satu wilayah laut terkaya yang diketahui memiliki lebih dari 450 spesies koral dan 3.000 spesies ikan, beberapa di antaranya tak ditemukan di tempat lain di muka bumi. Kepulauan Banggai sendiri memiliki Banggai Cardinal Fish (Pterapogon kauderni) - endemik yang kini banyak diburu untuk pengisi aquarium. Enam dari tujuh jenis penyu di dunia juga ditemukan di wilayah tersebut.
Karenanya, meskipun dalam kapal riset Cinta Laut hanya tersedia 4 set peralatan scuba - yang tentu saja lebih banyak dipakai untuk kegiatan penelitian – saya tetap bertekad tak akan melewatkan kesempatan untuk mengintip keindahan laut Banggai. Apalagi, di tempat itu banyak site yang memang cocok untuk ber-snorkelling ria: tak terlalu dalam, perairan jernih, serta kaya dengan pemandangan indah.

Bungin, Pantai Berarus Kuat
Kesempatan pertama snorkelling saya peroleh di pantai Desa Bungin, desa pusat Kecamatan Bokan Kepulauan yang menjadi base camp tim peneliti Ekspedisi Wallacea 2004. Desa itu terletak di Pulau Salue Besar, salah satu pulau terbesar di Kecamatan Bokan Kepulauan yang seluruhnya terdiri dari 84 pulau.
Pantai yang terletak tepat di muka desa itu agak kotor, karena sampah penduduk. Tetapi di pinggir desa, pantai Bungin cukup indah dipandang, apalagi di mata saya yang sebelumnya hanya menyaksikan pantai Jakarta. Pasirnya putih, agak kasar karena bercampur serpihan karang. Lautnya cukup biru, meski serasah lamun terapung di sana-sini.
Sekitar pukul 10.00 – saat air pasang – saya menenteng fin, masker dan snorkel saya keluar dari rumah M. Pala – induk semang saya selama mengikuti ekspedisi. Karena hari itu tak ada kegiatan, saya memang berniat melewatkan waktu dengan berenang. Tiba-tiba, dari belakang terdengar sapaan, ”Mau mandi laut?” Ternyata Sella, salah seorang warga setempat. Saya beruntung bertemu dengannya, karena ia kemudian berbaik hati menunjukkan tempat yang cocok untuk snorkelling, bahkan bersama abangnya kemudian mengantarkan saya ke lokasi itu dengan katinting – istilah penduduk setempat untuk perahu kecil.
Tempat dimaksud adalah sebuah terumbu – yang oleh penduduk disebut rep, mungkin ada kaitannya dengan istilah reef dalam bahasa Inggris – tepat di depan pasar Bungin. Menurut Sella, tempat itu dilindungi oleh penduduk setempat, tak boleh dibom atau diracun karena dianggap sebagai sumber ikan. ”Ikan di sini dari rep itu semua. Kalau dibom, matilah semua sudah, tak ada ikan lagi. Makanya tak kita kasih kalau ada orang yang mau bom ikan di situ,” ujarnya dalam logat Banggai yang kental.
Hanya sekitar 15 menit ber-katinting, tibalah kami di terumbu yang dimaksud. Saya turun sendirian, sementara Sella dan abangnya menunggu di perahu sambil memancing. Dasar laut di bagian itu menyerupai lereng, dengan bagian terdangkal berkisar 5-6 meter. Terumbu karang di tempat itu kebanyakan berwarna kecoklatan, dengan bentuk beraneka ragam. Ada yang berbentuk seperti kelopak bunga (foliose), ada pula yang berkerut-kerut seperti bentuk otak. Tak terlalu berwarna-warni. Tetapi saya tak kecewa, karena tak lama kemudian - seolah dikirim sebagai hadiah dari dewa laut - terlihat seekor ikan besar berwarna kebiruan dan berjidat jenong, Napoleon (Cheilinus undulatus).
Sayang, saya tak sempat lama menikmati keindahan tempat itu, karena arus amat kuat. Celakanya, arus itu terus membawa saya menjauhi sampan. Karenanya, saya harus terus berenang melawan arus, agar bisa tetap berada di sekitar sampan. Ombak juga cukup mengganggu, karena berulang kali saya harus membersihkan snorkel yang tersiram ombak. Akhirnya, setelah kaki mulai terasa lelah, saya memutuskan naik ke dalam sampan. Baju saya kering dengan sendirinya, saat saya duduk dalam sampan sembari menunggui Sella memancing.

Kokudang, Pasir Putih
Kesempatan kedua datang ketika saya mengikuti tim peneliti terumbu karang ke Pulau Kokudang, salah satu pulau di Kecamatan Bokan Kepulauan. Di pulau itu hanya ada satu desa, sementara lokasi penelitian terumbu karang terletak di sisi lain pulau, pada bagian yang tak berpenghuni.
Kami bertiga – saya dan dua peneliti terumbu, Terry Kepel dan Azis – diturunkan lebih dulu dari speed boat. Terry dan Azis berencana mengukur pola pertumbuhan terumbu, sementara saya memang berniat snorkelling. Speed boat kemudian pergi meninggalkan kami karena harus mengantarkan anggota tim ke tempat lain.
Selama beberapa menit, kami bertiga masih bergabung. Tetapi segera Terry dan Azis turun ke kedalaman air, meninggalkan saya sendiri di pantai tak berpenghuni itu. Sunyi sekali, tak terdengar suara apa pun. Hati sempat terasa waswas, apalagi saat terlihat seekor ular laut berbelang hitam dan biru cerah menyusup ke bawah batu karang.
Tetapi, setelah berhasil melepaskan diri dari kuatnya arus (dengan cara berenang mendekati pantai, sehingga terlindung karang) dan mulai menikmati indahnya terumbu di pantai itu, rasa waswas kemudian memudar. Saya mulai asyik membidik berbagai obyek menarik dengan kamera underwater yang ada di tangan. Lumayan sulit juga. Setiap kali saya datang terlalu dekat, ikan-ikan cantik yang hendak saya abadikan itu segera menyembunyikan diri di bawah karang. Untunglah, air di tempat itu jernih bagai kristal. Dengan visibility sebagus itu, jarak beberapa meter tak menjadi soal.
Pantai Kokudang kaya dengan berbagai jenis ikan terlihat di tempat itu: manfish, botana, lettersix, ikan kupu-kupu, dan banyak lagi ikan lain yang tak saya ketahui namanya. Jenis koral yang ada pun jauh beraneka ragam dibandingkan yang terlihat di Bungin.
Lelah snorkelling, saya menuju pantai. Pantai itu tak lebar, tetapi landai dan pasirnya putih halus. Ada beberapa batang pohon yang batangnya condong, sehingga menyediakan tempat berteduh ideal. Selama beberapa saat saya tiduran di keteduhan pohon itu, sambil mendengarkan suara gagak yang berlalu lalang. Sayang, suasana damai itu kemudian dibuyarkan oleh kembalinya speed boat.

Lolarung Minanga, Padang Lamun
Tempat yang asyik buat snorkelling lainnya adalah celah-celah di antara hutan bakau di dekat Dusun Minanga, Pulau Melilis, yang oleh penduduk setempat disebut lolarung. Celah-celah yang kadang begitu sempit hingga menyerupai sungai itu, menurut penduduk setempat, seringkali dijadikan tempat persembunyian para pengebom ikan yang melarikan diri dari kejaran petugas. ”Kalau sudah melarikan diri sampai ke sini pasti tidak akan tertangkap,” ujar Rahman, warga Kokudang. Memang, hutan bakau di Melilis itu luas sekali. Beberapa pulau kecil bahkan terletak di daerah hutan bakau itu, sehingga tak terlihat dari luar. Tanpa dipandu penduduk lokal, rasanya mustahil kami bisa berkeliling di daerah itu tanpa tersesat.
Tetapi, lolarung itu sangat indah, dan sangat tepat untuk snorkelling. Terlindungi pulau-pulau dan hutan bakau, laut di tempat itu sangat tenang, bagaikan cermin besar berwarna biru kehijauan. Dasar lautnya kaya dengan padang lamun, di mana terdapat berbagai ikan. Karena relatif tak terganggu aktivitas manusia, air di tempat itu juga sangat jernih. Bayangkan, dari atas perahu, kita bisa melihat dengan jelas lamun yang tumbuh di dasar laut!
Di tempat itu pula, kami menemukan banyak ikan endemik Banggai – ikan kardinal Banggai. Ikan itu berlindung di balik helai-helai lamun. Selain ikan kardinal, di tempat itu juga terlihat banyak ikan hias lain, seperti ikan badut dan letter six. (SH/ruth hesti utami)






Copyright © Sinar Har